KEBUDAYAAN AMBON
A.
IDENTIFIKASI BUDAYA AMBON
Ambon adalah sebuah suku yang
mendiami daerah kepulauan yang sekarang terletak di Provinsi Maluku. Nama
Maluku sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Arab, yakni al-muluk. Penamaan
tersebut dikarenakan yang membuat peta daerah Maluku adalah para sarjana
geografi Arab. Tetapi setelah Belanda masuk, kata tersebut dirubah menjadi
Maluku.
Maluku didominasi oleh ras suku
bangsa Melania Pasifik, yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa
bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudera Pasifik. Sementara itu
suku pendatang kebanyakan berasal dari daerah Buton, Makassar, Bugis, Cina dan
Arab. Maluku juga memiliki ikatan tradisi dengan bangsa-angsa kepulauan pasifik
seperti bahasa, lagu daerah, makanan, perangkat peralatan rumah tangga dan alat
musik.
Orang-orang suku Ambon umumnya
memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat. Profil tubuh
mereka lebih atletis dibandingkan dengan suku lain di Indonesia dikarenakan
aktifitas utama mereka merupakan aktifitas laut seperti berlayar dan bernenang.
Pendukung kebudayaan di Maluku
terdriri dari ratusan sub suku, yang dapat diindikasikan dari pengguna bahasa
lokal yang diketahui masih aktif dipergunakan sebanyak 117 dari jumlah bahasa
lokal yang pernah ada. Meskipun masyarakat di daerah ini mencerminkan karakteristik
yang multikultur, tetapi pada dasarnya mempunyai kesamaan nilai budaya sebagai
representasi kolektif. Salah satunya adalah filosofi Siwalima yang selama ini
telah melembaga sebagai cara pandang masyarakat tentang kehidupan bersama dalam
kepelbagaian. Di dalam filosofi ini, terkandung berbagai pranata yang memiliki
nlai umum dan dapat ditemukan di seluruh wilayah Maluku. Pulau Ambon merupakan
pulau yang terletak di Kepulauan Maluku, di selatan Pulau Seram. Saat ini
merupakan letak kota Ambon ibukota dari provinsi Maluku.
Letak Geografis
-
Letak dan
Batas Wilayah
Letak Kota
Ambon berada sebagian besar dalam wilayah pulau Ambon, dan secara geografis
terletak pada posisi: 3o-4o Lintang Selatan dan 128o-129o
Bujur Timur, dimana secara keseluruhan Kota Ambon berbatasan dengan Kabupaten
Maluku Tengah.
Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut:
·
Sebelah Utara dengan: Petuanan
Desa Hitu, Hila, Kaitetu, Kecamatan Leihitu,
Kabupaten Maluku Tengah
·
Sebelah Selatan dengan: Laut
Banda
·
Sebelah Timur dengan: Petuanan
Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah
·
Sebelah Barat dengan: Petuanan
Desa Hatu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah
a) Iklim
Iklim di
Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak pulau Ambon
di kelilinggi oleh laut. Oleh karena itu iklim di sini sangat dipengaruhi oleh
lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau
Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh
musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat
umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan
pada bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur dan musim Timur
berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, disusul oleh masa
pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat.
a)
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk di Sekitar
Pulau Ambonn
Tahun 1977
No
|
Nama Daerah
|
Jumlah
|
1
|
Kota Madya Ambon
|
94713
|
2
|
Daerah Disekitar Pulau Ambon
|
98686
|
3
|
Pulau Haruku
|
19670
|
4
|
Pulau Saparua
|
39503
|
5
|
Pulau Nusalaut
|
39503
|
A.
SISTEM KEKERABATAN
Sistem kekerabatan orang Ambon
berdasarkan hubungan patrilineal yang diiringi pola menetap patrilokal.
Kesatuan kekerabatan amat penting yang lebih besar dari keluarga batih
adalah mata rumah atau fam yaitu suatu kelompok kekerabatan yang
bersifat patrilinal.
Mata rumah penting dalam hal
mengatur perkawinan warganya secara exogami dan dalam hal mengatur
penggunaan tanah-tanah deti yaitu tanah milik kerabat patrilineal. Disamping
kesatuan kekerabatan yang bersifat unilateral itu ada juga kesatuan lain
yang lebih besar dan bersifat bilateral yaitu famili atau kindred.
Famili merupakan kesatuan kekerabatan di sekeliling individu yang terdiri
dari warga-warga yang masih hidup dari mata rumah asli yaitu semua
keturunan keempat nenek moyang.
a)
Keterunan dan pihak
pria/wanita
Hubungan
antara anak-anak dengan kerabat orang tuanya berlaku secara sepihak atau
Unilateral
dimana yang diutamakan hubungan dengan kerabatpihak bapaknya. Peranan kerabat
pihak ibu tidak begitu berarti, oleh kerena itu anak laki-laki menjadi
Pelacak dan
penentu kelanjutan keturunan atau generasi,
maka kehadiran anak laki-laki sangat didambakan. Sedangkan anak perempuan
dianggap untuk orang lain guna
Pelanjut
keturunan pihak lain itu.
b)
Kelahiran anak
Di daerah ambon Lease yang patriarchal ini, maka dari kerabat pihak bapak
itulah ditentukan dan diatur tentang segalah apa yang dibolehkan dan dilarang
bagi si anak, diantaranya mengenai perkawinan, warisan dan lain-lainnya menurut
ketentuan yang telah diadatkan.
1. Anak Sah
Anak sah ini dinamakan juga
(anak kawin). Ibunya adalah perempuan yang melahirkannya.
2. Anak luar nikah
Anak luar nikah, suatu istilah
yang sudah popular di kalangan rakyat, Tempo-tempo dinamakan juga (anak
dilahirkan di luar rumah kerabat ibunya.
3. Anak yang diakui
Anak yang diakui ini adalah
anak luar nikah juga, tetapi kemudian diakui sebagai anaknya oleh laki-laki
yang telah membenihkannya Kemungkinan pengakuan itu oleh pria. Umumnya
pengakuan itu dating dari pria yang membenihkan yang secara biologis
benar-benar bapak dari anak itu dan pengakuannya pada saat dilangsungkannya
perkawinan.
4. Anak harta
Anak harta adalah anak pertama
dari kedua bapak/ibu. Juga untuk mampertahangkan nama keturunan dan untuk
mencegah harta kerabat jangan sampai jatuh kepada orang lain.
5. Anak angkat
Pengangkatan anak yang
dimaksudkan untuk mempertahangkan kesinambungan nama atau kerabat dan harta
kerabat.
c)
Upacara perkawinan/tata krama
perkawinan
Apabila sepasang muda-mudi telah
menjalin hubungan cinta selama bertahun-tahun dan telah membuat rencana untuk
masa depannya, telah memiliki landasan yang kokoh dan merasa sudah cocok, maka
tidak ada hal lain yang patut mereka harapkan selain menyatukan diri dalam
ikatan perkawinan.
Perkawinan merupakan ikatan lahir
batin, jasmani dan rohani yang tak terpisahkan dan merupakan akhir dari masa
pacaran serta awal dari kehidupan berumah tangga untuk meniti masa depan yang
harmonis, bahagia dan lestari dengan segala tumpuan hati, senasib,
sepenanggungan,dan sehidup semati. Apapun yang akan terjadi, segala rintangan
akan ditempuh dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri masing-masing.
Dalam pelaksanaan upacara perkawinan
tiap daerah mempunyai adat istiadat tersendiri, begitu pula adat istiadat
perkawinan di desa Kailolo. Adat istiadat di desa kailolo pada umumnya sama
dengan adat istiadat perkawinan di desa Rohomoni, Kabauw, dan Pelauw. Keempat
desa diatas tadinya merupakan satu negeri yang besar, yang dikenal dengan nama
“HATUHAHA” yang berkedudukan di Amahatu, daerah di sekitar pegunungan Alaka
yang terletak di pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah.
Karena proses perkembangan sejarah
negeri adat ini pecah menjadi lima buah negeri, yang kesemuanya tersebar di
pesisir pantai Pulau Haruku bagian Utara, diantara keempat negeri tersebut
hanya negeri Hulaliu yang berpindah agama ke agama Kristen, sedangkan keempat
negeri tersebut diatas masih tetap berpegang kepada ajaran agama Islam.
d) Upacara Perkawinan
Dalam system kemasyarakatan
masyarakat Ambon mengambil system kekerabatan yang bersifat ke-Ayahan “Patrilineal”. Di dalam kekerabatan
yang memegang peranan penting ada dua yaitu Mata rantai, mata rumah ini biasanya bertugas mengatur
perkawinan warganya secara “Exogami”
dan dalam hal mengatur penggunaan tanah-tanah “dati” tanah milik kerabat patrilineal. Family,
family merupakan kesatuan terkecil dalam mata rumah. Family ini berfungsi
sebagai pengatur pernikahan klenya. Perkawinan dalam masyarakat Ambon
merupakan urusan mata rumah dan family. Di dalam masyarakat Ambon perkawinan di
kenal dengan beberapa macam, diantaranya :
1. Kawin
minta ialah
perkawinan yang terjadi apabila seorang pemuda telah menemukan seorang gadis
yang akan dijadikan istri, maka pemuda in meminta pada mata rumah dan family
untuk melamarnya. Sebelum acara pelamaran para mata rumah dan family mengadakan
rapat adat satu klen dalam persiapan acara pelamaran.
2. Kawin
lari atau lari bini adalah system perkawinan
yang paling lazim di lakukan oleh masyarakat Ambon. Hal ini di karenakan oleh
masyarakat Ambon lebih suka jalan pendek, untuk menghindari prosedur
perundingan dan upacara adat.
3. Kawin
masuk atau kawin menua yaitu perkawinan yang
pengantin laki-lakinya tinggal di rumah pengantin perempuannya. Perkawinan ini
terjadi apabila :
a. Kaum kerabat si pengantin tidak
dapat membayar maskawin secara adat.
b. Penganten perempuan merupakan anak
tunggal dalam keluarganya.
c. Karena ayah dari pengaten laki-laki
tidak setuju dengan perkawinan tersebut.
B. SISTEM KEMASYARAKATAN
Dalam kehidupan masyarakat Maluku
pada umumnya dan Ambon pada khususnya, hubungan persaudaraan atau kekeluargaan terjalin
atau terbina sangat akrab dan kuat antara satu desa atau kampung dengan desa
atau kampung yang lain. Hubungan kekeluargaan atau persaudaraan yang terbentuk
secara adat dan merupakan budaya orang Maluku atau Ambon yang sangat dikenal
oleh orang luar itu dinamakan dengan istilah “PELA”.
Hubungan pela ini dibentuk oleh para
datuk atau para leluhur dalam ikatan yang begitu kuat. Ikatan pela ini hanya
terjadi antara desa kristen dengan desa islam. Sedangkan antara desa Islam
dengan desa Islam tidak terlihat (Frank L. Cooley, Mimbar dan Takhta, Jakarta:
PSH, 1987, hlm 183). Dengan demikian, walaupun ada dua agama besar di Maluku
(Ambon), akan tetapi hubungan mereka memperlihatkan hubungan persaudaraan
ataupun kekeluargaan yang begitu kuat. Namun seperti ungkapan memakan si buah
malakama atau seperti tertimpa durian runtuh, hubungan kekeluargaan atau
persaudaraan yang begitu kuatpun mendapat cobaan yang sangat besar, sehingga
tidak dapat disangkali bahwa hubungan yang begitu kuat dan erat, ternyata pada
akhirnya bisa diruntuhkan oleh kekuatan politik yang menjadikan agama sebagai
alat pemicu kerusuhan yang sementara bergejolak di Maluku (Ambon), yang sampai
sekarang sulit untuk dicari jalan keluarnya.
Hubungan persaudaraan dan
kekeluargaan yang begitu kuat dipatahkan dengan kekuatan agama yang
dilegitimasi oleh kekuatan politik hanya karena kepentingan-kepentingan big bos
atau orang-orang tertentu. Apakah budaya “Pela (Gandong)” bisa menjadi jembatan
lagi untuk mewujudkan rekonsiliasi di Maluku (Ambon)? Inilah yang masih
merupakan pergumulan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa setiap ”Soa” dipimpin oleh seorang kepala ”Soa”, yang bertugas
mengerjakan urusan administrasi harian, baik itu urusan tradisional, maupun
untuk urusan pemerintahan Indonesia. Sedangkan beberapa kesatuan ”Soa” yang
disebut dengan ”Negari”, dipimpin oleh seorang ”raja” yang diangkat berdasarkan
keturunan. Tetapi walaupun ”raja” diangkat berdasarkan keturunan, aturan adat
suku Ambon dalam memilih suatu pemimpin, pada umumnya dilakukan dengan cara
pemilihan dengan cara pemungutan suara. Berikut adalah beberapa ”Sanitri” atau
pejabat tradisional dalam kehidupan sosial masyarakat Suku Ambon :
a)
Lembaga Masyarakat Desa/Kampung
ü Tuan tanah adalah Seseorang yang ahli dalam bidang pertanahan dan kependudukan
ü Kapitan adalah Seseorang yang ahli
dalam peperangan
ü Kewang adalah Seseorang yang
bertugas untuk menjaga hutan
ü Marinyo adalah Seseorang yang
bertugas memberikan berita dan pengumuman. Dalam kemasyarakatan Suku Ambon,
banyak dijumpai Organisasiorganisasi kemasyarakatan yang memiliki berbagi macam
visi dan misi. Berikut beberapa contoh organisasi kemasyarakatan Suku Ambon :
-
Patalima adalah Lima bagian, merupakan
orang-orang yang tinggal di sebelah timur. Namun dilihat dari sejarah di mana
Suku Ambon pernah dikuasai oleh Ternate dan Tidore, organisasi ini nampaknya
dibentuk untuk menunjukkan pengaruh kerajaan Ternate dan Tidore, dan juga untuk
membantu pertahanan dari serangan musuh.
-
Jajaro adalah Organisasi kewanitaan Suku Ambon
-
Ngungare adalah Organisasi
kepemudaan
-
Muhabet adalah Organisasi yang mengurus semua kegiatan upacara kematian
-
Patasiwa adalah sembilan bagian, merupakan kelompok orang-orang Alifuru yang bertempa
tinggal di sebelah baratsungai mala sampai ke Teluk upa putih di sebelah
selatan. Patasiwa dibagi menjadi dua kelompok yaitu patasiwa hitam dan patasiwa
putih. Patasiwa hitam wargawarganya di tato, sedangkan patasiwa putih tidak.
b)
Adat istiadat
Ada dua
moyiritas di Maluku yaitu kriten dan islam. Secara adat.
-
Adat istiadat yang dilakukan
dengan cara agama Kristen maka harus dilaksanakan dengan cara kristen.
-
Begitu juga dengan agama
islam, Adat istiadat yang dilakukan dengan cara agama islam maka harus
dilaksanakan dengan cara islam.
C.
MATA
PENCAHARIAN
Mata pencaharian orang Ambon pada
umumnya adalah pertanian di ladang. Dalam hal ini orang membuka sebidang tanah
di hutan dengan menebang pohon-pohon dan membakar batang-batang serta dahan-dahan yang telah kering. Ladang-ladang yang telah dibuka
dengan cara demikian hanya diolah sedikit dengan tongkat kemudian ditanami
tanpa irigasi.
a)
Berburu
Kebanyakan
di sekitar kota ambon masyakat memili untuk berburu di laut.Orang menangkap
ikan dengan berbagai cara, yaitu dengan kail, kait, harpun dan juga jaring.
Perahu-perahu mereka dibuat dari satu batang kayu dan dilengkapi dengan cadik
yang dinamakan perahu semah. Perahu yang lebih baik adalah perahu yang dibuat
orang-orang ternate yang dinamakan pakatora. Perahu-perahu besar untuk berdagang
di Amboina dinamakan jungku atau orambi.
a)
bercocok tanam
Umumnya tanaman yang mereka tanam
adalah kentang, kopi, tembakau, cengkih, dan buah-buahan.
Selain itu, orang Ambon juga sudah menanam padi dengan teknik persawahan Jawa.
b)
berkerja dipemeritahan
yang
berkerja di ambon dipemerintahan kebanyakan menjadi (guru, PNS)
c)
Wiraswasta
Wiraswasta,
biasanya disebut dengan usaha sendiri. Seperti kita ketahui banyak orang Maluku
yang memiliki usah dengan cara kerja keras mereka sendiri seperti, menabang
pohon sagu, sagu itu tidak mudah di buat. sesuai kayataan dengan cara Menabang
pohan sagu dengan kapak besar, terus di potong batang pohon tersebut untuk
mendapatkan isi yang ada didalam batang pohan sagu tersebut, setelah itu diolah
dengan air bersih dengan cara meramas isi sagu belum lagi bakar sagu sesudah
sagu itu matang maka akan itu dibawa kepasar untuk di jual.
A.
AGAMA/IDEALITAS
Agama
yang dianut oleh masyarakat Ambon pada umumnya ialah Islam dan Nasrani.
Meskipun masyarakat Ambon telah beragama Islam dan Nasrani tetapi sisa-sisa
agama yang asli masih mereka anut. Mereka masih percaya akan adanya roh-roh
yang harus dihormatidan diberi makanminum, dan tempat tinggal, agar tidak
menganggu kehidupan manusia.
Acara adat
yang berhubungan dengan religi ialah :
-
Masuk Baileu
( Rumah Adat masyarakat Ambon ),
Untuk masuk baileu orang harus melakukan upacara lebih dahulu yaitu minta
izin pada roh-roh yang ada di baileu.
Dalam upacara ini, mauweng
mengorbankan seekor sapi.
a)
kepercayaan
Para
masyarakat suku Ambon percaya bahwa dengan melakukan ritual adat maka akan
menumbuhkan keharmonisasian dan integrasi sosial yang sangat kuat. Dalam
konteks hubungan Islam dan Kristen, nuansa interaksi sosial tersebut lebih
didasarkan bukan pada pertimbangan kultural dan hubungan kekeluargaan. Potensi
kultural ini merupakan modal pembangunan yang paling berharga untuk
dikembangkan.
b)
Agama Mayoritas/Minoritas
Mayoritas
penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam. Hal ini dikarenakan
pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan
kekristenan dan pengaruh kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam
di wilayah Maluku.
Pemantapan
kerukunan hidup beragama dan antar umat beragama masih mengalami gangguan
khususnya selama pertikaian sosial di daerah ini. Redefinisi dalam rangka
reposisi agama sebagai landasan dan kekuatan moral, spiritual serta etika dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus mendapatkan perhatian
yang sungguh-sungguh melalui pendidikan agama agar dapat mendorong munculnya
kesadaran masyarakat bahwa perbedaan suku, agama ras dan golongan, pada
hakekatnya merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Terkait dengan itu, maka
peran para pemuka agama dan institusi-institusi keagamaan dalam mendukung
terciptanya keserasian dan keselarasan hidup berdasarkan saling menghormati
diantara sesama dan antar sesama umat beragama.
c)
Upacara Keagamaan
·
”Antar Sontong”
Antar
sontong yaitu para nelayan berkumpul menggunakan perahu dan lentera untuk
mengundang cummi-cumi dari dasar laut mengikuti cahaya lentera mereka menuju
pantai di mana masyarakat sudah menunggu mereka untuk menciduk mereka dari
laut.
·
”Pukul Manyapu”
Pukul
manyapu adalah acara adat tahunan yang dilakukan di Desa Mamala-Morela yang
biasanya dilakukan pada hari ke 7 setelah Hari Raya Idul Fitri.
B.
CIRI KHAS
a)
Bahasa
Bahasa
Ambon
|
|
Bahasa
Ambon Hari-Hari
|
|
Dituturkan
di
|
|
Wilayah
|
|
Jumlah
penutur
|
Penutur asli: 2 juta jiwa
total antara 2-2,5 juta jiwa (tidak ada tanggal) |
lawngreen
§ Melayu Utara dan Timur
§ Malayik
§ Bahasa Perdagangan
§ Bahasa Indonesia Timur
§ Bahasa
Ambon
|
|
Status
resmi
|
|
Bahasa
resmi
|
|
Kode-kode
bahasa
|
|
Abs
|
|
Bahasa Ambon adalah Bahasa yang tergolong sebagai rumpun atau dialek dari bahasa Melayu standar yang dipertuturkan di wilayahProvinsi
Maluku yang
mencakup Kota Ambon, Pulau Ambon, Pulau-Pulau Lease yaitu Saparua, Haruku dan Nusalaut,
serta Pulau Buano, Pulau Manipa, Pulau Kelang, Pulau Seram serta dipakai pula sebagai bahasa perdagangan
atau trade language di Kei, Banda,Kepulauan Watubela, Pulau Buru, Maluku Tenggara sampai ke Maluku Barat Daya
SEJARAH
Bahasa Melayu berasal dari Indonesia bagian
barat (dulu disebut Nusantara bagian barat) dan telah
berabad-abad menjadi bahasa antarsuku di seluruh kepulauan nusantara. Sebelum
bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (Tahun 1512), bahasa Melayu
telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan.
Bahasa Melayu Ambon berbeda dari bahasa Melayu
Ternate karena pada zaman dahulu suku-suku di Ambon dan yang tentunya
memengaruhi perkembangan bahasa Melayu Ambon sangat berbeda dari suku-suku yang
ada di Ternate. Misalnya bahasa Melayu Ambon mendapat banyak pengaruh dari
bahasa Melayu Makassar. Kemudian pada abad ke-16, Portugis menjajah Maluku
sehingga cukup banyak kosa-kata bahasa Portugis masuk ke dalam bahasa Melayu
Ambon. Terakhir bangsa Belanda masuk ke Maluku, sehingga ada cukup banyak, kata
serapan dari bahasa Belanda yang diterima menjadi kosakata dalam bahasa Melayu
Ambon. Pada zaman Belanda inilah, bahasa Melayu Ambon dipakai sebagai bahasa
pengantar di sekolah-sekolah, di gereja-gereja, dan juga dalam terjemahan
beberapa kitab dari Alkitab. (Yang sudah terbit: Rut, Yunus, Lukas[1], Kisah Para Rasul
(Yesus Pung Utusang-utusang Pung Carita), 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1
Timotius, 2 Timotius, Titus, dan Pilemon.)
Setelah bahasa Indonesia baku mulai diajarkan di
sekolah-sekolah di Maluku, maka ia mulai memengaruhi bahasa Melayu Ambon
sehingga sejumlah kata diserap dari bahasa Indonesia baku ke dalam bahasa
Melayu setempat, tentu saja disesuaikan dengan logat setempat. Pada awalnya
misionaris Belanda menerjemahkan injil dalam Bahasa Melayu dan dibawa ke Ambon.
Disini para penduduk yang bisa menghafal injil itu kemudian dibaptis, dan terus
dibimbing dalam bahasa Melayu. Bahasa ini dibawa kemungkinan dari Malaka,
karena pada masa itu sudah ada kegiatan dagang antara Malaka dan Maluku. Pada
awalnya, bahasa Melayu ini hanya dalam bentuk pasaran yang kemudian menjadi
bahasa tutur anak-anak generasi selanjutnya. Menjadi bahasa ibu bagi masyarakat
Kristen Ambon dan sebagian kecil Muslim Ambon. Sedangkan kebanyakan masyarakat
Muslim Ambon masih mempunyai bahasa daerah sendiri yang disebut bahasa tanah.
Struktur Bahasa Melayu Ambon ini juga agak
berbeda dengan Melayu pada umumnya, namun lazim di Indonesia Timur. Struktur
bahasanya sangat mirip dengan bahasa-bahasa di Eropa.. Seperti ini
(kepemilikan):
-
Beta pung buku = Buku saya = My book
-
Susi pung kaka = Kakak susi = Susi's brother/sister
-
Ahmad ada pi ka Tulehu = Ahmad sedang pergi ke Tulehu
-
Ada orang dapa bunuh di kusu-kusu = ada orang dibunuh di
Alang-alang
-
Katong jaga tinggal disini sa = kami tetap tinggal disini saja
Kemudian lafal juga mengalami nasalisasi
terutama pada akhiran 'n', diperkirakan nasalisasi pada bahasa Ambon adalah akibat pengaruhJepang. Seperti berikut : makang (makan), badiang
(berdiam), ikang (ikan), lawang (lawan), Bangong (Bangun) dst
Untuk kata ganti orang adalah sebagai
berikut : Beta (saya), ose (kamu) (dibeberapa daerah dikatakan 'os', atau
'se') - asal dari kata 'voce' Portugis kata ose ini dianggap sebagai kata yang
kasar, ale (kamu) dianggap lebih baik dari kata ose, dia (do), katong
(kependekan dari kita orang/ kita), dorang (kependekan dari dia orang /
mereka), kamong atau kamorang (kamu orang/ kalian).
Ungkapan khas lainnya adalah: Ao e!, Mamae!, Sio
Mama!, Tuang Ala!, Tuang Ana!, Ai!, Gaga Batul!, Manisse! dsbnya.
Panggilan sosial :
-
Babang/ abang (kakak laki-laki : dipakai kalangan Salam)
-
Caca (kakak perempuan: Muslim)
-
Usy (kakak perempuan Kristen)
-
Broer/ bung/ bu (kakak laki-laki dipakai kalangan Sarani)
-
Nona (gadis)
-
Nyong (pria muda)
-
Bapa Raja (kepala desa,ketua adat)
o
Kamus Bahasa Melayu Ambon
-
Beberapa contoh Kata
serapan Melayu Ambon dari Eropa antara lain:
-
Capeu (topi) : Chapéu (Portugal)dibaca kapeu
-
Bandera (bendera): Bandeira (Portugal)
-
Rim (ikat pinggang) : Riem (Belanda)
-
Fork (garpu) : Vork (Belanda)dibaca fok
-
Lenso (sapu tangan) : Lenço (Portugal)
-
Mestiza (selendang leher) : Mestiza (Portugal)dibaca mestisa
-
Blus (kemeja wanita) : Blusa (Portugal)
-
Baileo (bangunan) : Bailéu (Portugal)
-
Ose/Os (kamu) : Voce/Os (Portugal)
-
Om (paman) : Om (Belanda)
-
Pai (ayah) : Pai (Portugal)
-
Mai (ibu) : Mai (Portugal)
-
Fader (ayah) : Vader (Belanda)
-
Muder (ibu) : Moeder (Belanda)
-
Tanta (bibi) : Tante (Belanda)
-
Mar (tetapi) : Maar (Belanda)
-
Galojo (rakus) : Guloso (Portugal)
-
Garser (tumbuh) : Crescer (Portugal)
-
Of (atau) : Of (Belanda)
-
Dol (gila) : Dol (Belanda)
-
Sterk (kuat) : Sterk (Belanda)
-
Trap (anak tangga) : Trap (Belanda)
-
Swak (lemah) : Zwak (Belanda)
-
Almanak (kalender) : Alamanaak (Belanda)
-
Kadera (kursi) : Cadeira (Portugal)
-
Kapitan (kapten/panglima perang) : Kapitein (Belanda)/
Capitao (Portugal)
-
Marinyo (penyuluh) : Meirinho (Portugal)
-
Patatas (kentang) : Batatas (Portugal)
-
Danke (terimakasih) : Dank je (Belanda)dibaca dangke
-
Kasbi (singkong) : Cassave (Belanda)/Cassava (Portugal)
-
Testa (dahi) : Testa (Portugal)
-
Oto (mobil) : Auto (Belanda)
-
Pardidu (menghilang/berjalan tak tentu arah) : Perdido
(Portugal)
-
Sono (tidur) : Sono (Portugal)
-
Vor (untuk) : Voor (Belanda)
-
Par (untuk) : Para (Portugal)
-
Marsegu (kelelawar) : Morcego (Portugal)
-
Kakarlak (kecoa) : Kakkerlak (Belanda)
-
Strat (jalan raya) : Straat (Belanda)
-
Standplaats (posisi berdiri/halte) : Standplaats (Belanda)
-
Sinyo (tuan) : Senhor (Portugal)
-
Klaar (selesai) : Klaar (Belanda)
-
Onosel (bodoh) : Onnozel (Belanda)
-
Flauw (lemah) : Flauw (Belanda)
-
Fangen (tangkap) : Vangen (Belanda)
-
Lopas (lari) : Loop (Belanda)
-
Gargantang (tenggorokan) : Garganta (Portugal)
-
Kintal (pekarangan) : Quintal (Portugal)
-
Konyadu (ipar) : Cunhado (Portugal)
b)
Kesenian
Bambu gila
Bambu
Gila, Permainan Tradisional Masyarakat Ambon. Masyarakat Maluku mengenal suatu kesenian tradisi unik yang erat
hubungannya dengan nuansa mistis bernama bambu gila. Permainan bambu gila yang
memiliki nama asli Baramasewel konon sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam
dan Kristen di tanah Maluku. Cara memainkan bambu gila sangat sederhana, para
pemain hanya memeluk
dan menahan laju bambu yang bergerak melonjak sesuai kemauan sang pawang.
Sebelum permainan bambu gila
dimulai, sang pawang bertugas membakar kemenyan yang dibawanya menggunakan
wadah dari tempurung kelapa. Asap dari pembakaran menyan kemudian “dimasukkan”
ke dalam bilah bambu. Proses ini menjadi penting dalam permainan tradisional
bambu gila, karena proses ini merupakan upaya untuk mengundang sesuatu yang
gaib untuk masuk dan menggerakan bambu.
Ketika pawang sudah berhasil
memasukan sesuatu yang gaib ke dalam bilah bambu, maka bambu dengan sendirinya
akan bergerak. Para pemain harus memeluk dan menahan laju bambu di bawah kuasa
sang pawang. Sepanjang permainan, sang pawang terus mengendalikan bambu dengan
meneriakan mantra-mantra, “hei baramasuwel!” Bambu tersebut tidak akan berhenti
bergerak sampai sang pawang memerintahkannya untuk berhenti.
·
Tari Parang
Tarian ini
sering digunakan masyarakat pada acara adat tertentu, termasuk menyambut
kehadiran tamu-tamu asing dan pejabat daerah yang melakukan kunjungan resmi,
Para pendukung tari terdiri dari 15 orang pria dan wanita dipimpin seorang
kapitan (panglima perang) menggunakan tombak, parang dan salawaku (perisai)
menari-nari sambil diiringi tabuhan tifa dan totobuang.
Tarian ini
memiliki filosofi peperangan, maka dari itu warna pakaian yang dipilih bagi penari pria adalah merah yang berarti berani dan bersemangat.
Merah juga melambangkan jiwa patriotisme, serta heroisme kepada tanah maluku. Aksesoris berupa pedang dan tameng juga semakin melengkapi kesan heroik
tersebut. Dan juga ada teriakan-teriakan dari para penari, yang arti
teriakannya adalah sebagai simbol protes terhadap pemerintah yang dianggap
tidak berpihak pada masyarakat.
c)
Makanan
·
Makanan Khas Ambon (Maluku)
Saya akan
membahas tentang keteragaman dan makanan khas propinsi maluku makanan khas propinsi maluku
seperti : papeda, sagu, ikan asar, asida. Dan tidak
pakai basa basi lagi ,mari kita bahas lebih terperinci tentang makan yang terkenal
di maluku ini:
a)
Papeda
a) Sagu
a) Ikan Asar
a) Asida
Asida terbuat dari tepung
terigu,gula merah, mentega dan bubuk kayu manis yang dicampur dengan sedikit kapulaga. Asida biasanya di hidangkan pada saat acara tertentu saja. Tetapi sekarang,jika
anda mau membelinya langsung dengan mudah anda bisa langsung pergi ke batu
merah kota ambon. !
c)
Bentuk Rumah
·
Rumah Baileo
PENUTUP
Kepulauan Maluku didominasi
oleh suku Ambon yang memiliki berbagai macam kebudayaan yang merupakan kekayaan
dari daerahnya. Berbagi macam kebudayaan ini merupakan hasil dari cipta, rasa
dan karsa manusia yang perlu dijaga
kelestarianya.
Dari berbagi macam kebudayaan
yang ada pada setiap suku berbeda-beda, hal ini terkait adanya perbedaan secara
demografi astronomi, serta sumber daya manusia yang menenpati daerah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar