Rabu, 09 Maret 2016

KEBUDAYAAN AMBON
A.    IDENTIFIKASI BUDAYA AMBON
Ambon adalah sebuah suku yang mendiami daerah kepulauan yang sekarang terletak di Provinsi Maluku. Nama Maluku sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Arab, yakni al-muluk. Penamaan tersebut dikarenakan yang membuat peta daerah Maluku adalah para sarjana geografi Arab. Tetapi setelah Belanda masuk, kata tersebut dirubah menjadi Maluku.
Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melania Pasifik, yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudera Pasifik. Sementara itu suku pendatang kebanyakan berasal dari daerah Buton, Makassar, Bugis, Cina dan Arab. Maluku juga memiliki ikatan tradisi dengan bangsa-angsa kepulauan pasifik seperti bahasa, lagu daerah, makanan, perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik.
Orang-orang suku Ambon umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat. Profil tubuh mereka lebih atletis dibandingkan dengan suku lain di Indonesia dikarenakan aktifitas utama mereka merupakan aktifitas laut seperti berlayar dan bernenang.
Pendukung kebudayaan di Maluku terdriri dari ratusan sub suku, yang dapat diindikasikan dari pengguna bahasa lokal yang diketahui masih aktif dipergunakan sebanyak 117 dari jumlah bahasa lokal yang pernah ada. Meskipun masyarakat di daerah ini mencerminkan karakteristik yang multikultur, tetapi pada dasarnya mempunyai kesamaan nilai budaya sebagai representasi kolektif. Salah satunya adalah filosofi Siwalima yang selama ini telah melembaga sebagai cara pandang masyarakat tentang kehidupan bersama dalam kepelbagaian. Di dalam filosofi ini, terkandung berbagai pranata yang memiliki nlai umum dan dapat ditemukan di seluruh wilayah Maluku. Pulau Ambon merupakan pulau yang terletak di Kepulauan Maluku, di selatan Pulau Seram. Saat ini merupakan letak kota Ambon ibukota dari provinsi Maluku.
Letak Geografis
-                Letak dan Batas Wilayah
Letak Kota Ambon berada sebagian besar dalam wilayah pulau Ambon, dan secara geografis terletak pada posisi: 3o-4o Lintang Selatan dan 128o-129o Bujur Timur, dimana secara keseluruhan Kota Ambon berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah.
Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut:
·         Sebelah Utara dengan: Petuanan Desa Hitu, Hila, Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah
·         Sebelah Selatan dengan: Laut Banda
·         Sebelah Timur dengan: Petuanan Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah
·         Sebelah Barat dengan: Petuanan Desa Hatu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah

a)      Iklim
Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak pulau Ambon di kelilinggi oleh laut. Oleh karena itu iklim di sini sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur dan musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, disusul oleh masa pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat.

a)      Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk di Sekitar Pulau Ambonn
Tahun 1977
No
Nama Daerah
Jumlah
1
Kota Madya Ambon
94713
2
Daerah Disekitar Pulau Ambon
98686
3
Pulau Haruku
19670
4
Pulau Saparua
39503
5
Pulau Nusalaut
39503


A.    SISTEM KEKERABATAN
Sistem kekerabatan orang Ambon berdasarkan hubungan patrilineal yang diiringi pola menetap patrilokal. Kesatuan kekerabatan amat penting yang lebih besar dari keluarga batih adalah mata rumah atau fam yaitu suatu kelompok kekerabatan yang bersifat patrilinal.
Mata rumah penting dalam hal mengatur perkawinan warganya secara exogami dan dalam hal mengatur penggunaan tanah-tanah deti yaitu tanah milik kerabat patrilineal. Disamping kesatuan kekerabatan yang bersifat unilateral itu ada juga kesatuan lain yang lebih besar dan bersifat bilateral yaitu famili atau kindred. Famili merupakan kesatuan kekerabatan di sekeliling individu yang terdiri dari warga-warga yang masih hidup dari mata rumah asli yaitu semua keturunan keempat nenek moyang.
a)      Keterunan dan pihak pria/wanita
Hubungan antara anak-anak dengan kerabat orang tuanya berlaku secara sepihak atau
Unilateral dimana yang diutamakan hubungan dengan kerabatpihak bapaknya. Peranan kerabat pihak ibu tidak begitu berarti, oleh kerena itu anak laki-laki menjadi
Pelacak dan penentu kelanjutan keturunan atau generasi,  maka kehadiran anak laki-laki  sangat didambakan. Sedangkan anak perempuan dianggap untuk orang lain guna
Pelanjut keturunan pihak lain itu.
b)      Kelahiran anak
Di daerah ambon Lease yang patriarchal ini, maka dari kerabat pihak bapak itulah ditentukan dan diatur tentang segalah apa yang dibolehkan dan dilarang bagi si anak, diantaranya mengenai perkawinan, warisan dan lain-lainnya menurut ketentuan yang telah diadatkan.
1.      Anak Sah
Anak sah ini dinamakan juga (anak kawin). Ibunya adalah perempuan yang melahirkannya.
2.      Anak luar nikah
Anak luar nikah, suatu istilah yang sudah popular di kalangan rakyat, Tempo-tempo dinamakan juga (anak dilahirkan di luar rumah kerabat ibunya.
3.      Anak yang diakui
Anak yang diakui ini adalah anak luar nikah juga, tetapi kemudian diakui sebagai anaknya oleh laki-laki yang telah membenihkannya Kemungkinan pengakuan itu oleh pria. Umumnya pengakuan itu dating dari pria yang membenihkan yang secara biologis benar-benar bapak dari anak itu dan pengakuannya pada saat dilangsungkannya perkawinan.
4.      Anak harta
Anak harta adalah anak pertama dari kedua bapak/ibu. Juga untuk mampertahangkan nama keturunan dan untuk mencegah harta kerabat jangan sampai jatuh kepada orang lain.
5.      Anak angkat
Pengangkatan anak yang dimaksudkan untuk mempertahangkan kesinambungan nama atau kerabat dan harta kerabat.

c)      Upacara perkawinan/tata krama perkawinan
Apabila sepasang muda-mudi telah menjalin hubungan cinta selama bertahun-tahun dan telah membuat rencana untuk masa depannya, telah memiliki landasan yang kokoh dan merasa sudah cocok, maka tidak ada hal lain yang patut mereka harapkan selain menyatukan diri dalam ikatan perkawinan.
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin, jasmani dan rohani yang tak terpisahkan dan merupakan akhir dari masa pacaran serta awal dari kehidupan berumah tangga untuk meniti masa depan yang harmonis, bahagia dan lestari dengan segala tumpuan hati, senasib, sepenanggungan,dan sehidup semati. Apapun yang akan terjadi, segala rintangan akan ditempuh dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri masing-masing.
Dalam pelaksanaan upacara perkawinan tiap daerah mempunyai adat istiadat tersendiri, begitu pula adat istiadat perkawinan di desa Kailolo. Adat istiadat di desa kailolo pada umumnya sama dengan adat istiadat perkawinan di desa Rohomoni, Kabauw, dan Pelauw. Keempat desa diatas tadinya merupakan satu negeri yang besar, yang dikenal dengan nama “HATUHAHA” yang berkedudukan di Amahatu, daerah di sekitar pegunungan Alaka yang terletak di pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah.
Karena proses perkembangan sejarah negeri adat ini pecah menjadi lima buah negeri, yang kesemuanya tersebar di pesisir pantai Pulau Haruku bagian Utara, diantara keempat negeri tersebut hanya negeri Hulaliu yang berpindah agama ke agama Kristen, sedangkan keempat negeri tersebut diatas masih tetap berpegang kepada ajaran agama Islam.
d)     Upacara Perkawinan

Dalam system kemasyarakatan masyarakat Ambon mengambil system kekerabatan yang bersifat ke-Ayahan “Patrilineal”. Di dalam kekerabatan yang memegang peranan penting ada dua yaitu Mata rantai, mata rumah ini biasanya bertugas mengatur perkawinan warganya secara “Exogami” dan dalam hal mengatur penggunaan tanah-tanah “dati” tanah milik kerabat patrilineal.  Family, family merupakan kesatuan terkecil dalam mata rumah. Family ini berfungsi sebagai pengatur pernikahan klenya. Perkawinan dalam masyarakat Ambon merupakan urusan mata rumah dan family. Di dalam masyarakat Ambon perkawinan di kenal dengan beberapa macam, diantaranya :




1.      Kawin minta ialah perkawinan yang terjadi apabila seorang pemuda telah menemukan seorang gadis yang akan dijadikan istri, maka pemuda in meminta pada mata rumah dan family untuk melamarnya. Sebelum acara pelamaran para mata rumah dan family mengadakan rapat adat satu klen dalam persiapan acara pelamaran.

2.      Kawin lari atau lari bini adalah system perkawinan yang paling lazim di lakukan oleh masyarakat Ambon. Hal ini di karenakan oleh masyarakat Ambon lebih suka jalan pendek, untuk menghindari prosedur perundingan dan upacara adat.

3.      Kawin masuk atau kawin menua yaitu perkawinan yang pengantin laki-lakinya tinggal di rumah pengantin perempuannya. Perkawinan ini terjadi apabila :
a.       Kaum kerabat si pengantin tidak dapat membayar maskawin secara adat.
b.      Penganten perempuan merupakan anak tunggal dalam keluarganya.
c.       Karena ayah dari pengaten laki-laki tidak setuju dengan perkawinan tersebut.

B.     SISTEM KEMASYARAKATAN
Dalam kehidupan masyarakat Maluku pada umumnya dan Ambon pada khususnya, hubungan persaudaraan atau kekeluargaan terjalin atau terbina sangat akrab dan kuat antara satu desa atau kampung dengan desa atau kampung yang lain. Hubungan kekeluargaan atau persaudaraan yang terbentuk secara adat dan merupakan budaya orang Maluku atau Ambon yang sangat dikenal oleh orang luar itu dinamakan dengan istilah “PELA”.
Hubungan pela ini dibentuk oleh para datuk atau para leluhur dalam ikatan yang begitu kuat. Ikatan pela ini hanya terjadi antara desa kristen dengan desa islam. Sedangkan antara desa Islam dengan desa Islam tidak terlihat (Frank L. Cooley, Mimbar dan Takhta, Jakarta: PSH, 1987, hlm 183). Dengan demikian, walaupun ada dua agama besar di Maluku (Ambon), akan tetapi hubungan mereka memperlihatkan hubungan persaudaraan ataupun kekeluargaan yang begitu kuat. Namun seperti ungkapan memakan si buah malakama atau seperti tertimpa durian runtuh, hubungan kekeluargaan atau persaudaraan yang begitu kuatpun mendapat cobaan yang sangat besar, sehingga tidak dapat disangkali bahwa hubungan yang begitu kuat dan erat, ternyata pada akhirnya bisa diruntuhkan oleh kekuatan politik yang menjadikan agama sebagai alat pemicu kerusuhan yang sementara bergejolak di Maluku (Ambon), yang sampai sekarang sulit untuk dicari jalan keluarnya.


Hubungan persaudaraan dan kekeluargaan yang begitu kuat dipatahkan dengan kekuatan agama yang dilegitimasi oleh kekuatan politik hanya karena kepentingan-kepentingan big bos atau orang-orang tertentu. Apakah budaya “Pela (Gandong)” bisa menjadi jembatan lagi untuk mewujudkan rekonsiliasi di Maluku (Ambon)? Inilah yang masih merupakan pergumulan.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap ”Soa” dipimpin oleh seorang kepala ”Soa”, yang bertugas mengerjakan urusan administrasi harian, baik itu urusan tradisional, maupun untuk urusan pemerintahan Indonesia. Sedangkan beberapa kesatuan ”Soa” yang disebut dengan ”Negari”, dipimpin oleh seorang ”raja” yang diangkat berdasarkan keturunan. Tetapi walaupun ”raja” diangkat berdasarkan keturunan, aturan adat suku Ambon dalam memilih suatu pemimpin, pada umumnya dilakukan dengan cara pemilihan dengan cara pemungutan suara. Berikut adalah beberapa ”Sanitri” atau pejabat tradisional dalam kehidupan sosial masyarakat Suku Ambon :
a)      Lembaga Masyarakat Desa/Kampung
ü  Tuan tanah adalah Seseorang yang ahli dalam bidang pertanahan dan kependudukan
ü  Kapitan adalah Seseorang yang ahli dalam peperangan
ü  Kewang adalah Seseorang yang bertugas untuk menjaga hutan
ü  Marinyo adalah Seseorang yang bertugas memberikan berita dan pengumuman. Dalam kemasyarakatan Suku Ambon, banyak dijumpai Organisasiorganisasi kemasyarakatan yang memiliki berbagi macam visi dan misi. Berikut beberapa contoh organisasi kemasyarakatan Suku Ambon :
-             Patalima adalah Lima bagian, merupakan orang-orang yang tinggal di sebelah timur. Namun dilihat dari sejarah di mana Suku Ambon pernah dikuasai oleh Ternate dan Tidore, organisasi ini nampaknya dibentuk untuk menunjukkan pengaruh kerajaan Ternate dan Tidore, dan juga untuk membantu pertahanan dari serangan musuh.
-             Jajaro adalah Organisasi kewanitaan Suku Ambon
-             Ngungare adalah Organisasi kepemudaan
-             Muhabet adalah Organisasi yang mengurus semua kegiatan upacara kematian
-             Patasiwa adalah sembilan bagian, merupakan kelompok orang-orang Alifuru yang bertempa tinggal di sebelah baratsungai mala sampai ke Teluk upa putih di sebelah selatan. Patasiwa dibagi menjadi dua kelompok yaitu patasiwa hitam dan patasiwa putih. Patasiwa hitam wargawarganya di tato, sedangkan patasiwa putih tidak.


b)      Adat istiadat
Ada dua moyiritas di Maluku yaitu kriten dan islam. Secara adat.
-          Adat istiadat yang dilakukan dengan cara agama Kristen maka harus dilaksanakan dengan cara kristen.
-          Begitu juga dengan agama islam, Adat istiadat yang dilakukan dengan cara agama islam maka harus dilaksanakan dengan cara islam.

C.     MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian orang Ambon pada umumnya adalah pertanian di ladang. Dalam hal ini orang membuka sebidang tanah di hutan dengan menebang pohon-pohon dan membakar batang-batang serta dahan-dahan yang telah kering. Ladang-ladang yang telah dibuka dengan cara demikian hanya diolah sedikit dengan tongkat kemudian ditanami tanpa irigasi.
a)      Berburu
Kebanyakan di sekitar kota ambon masyakat memili untuk berburu di laut.Orang menangkap ikan dengan berbagai cara, yaitu dengan kail, kait, harpun dan juga jaring. Perahu-perahu mereka dibuat dari satu batang kayu dan dilengkapi dengan cadik yang dinamakan perahu semah. Perahu yang lebih baik adalah perahu yang dibuat orang-orang ternate yang dinamakan pakatora. Perahu-perahu besar untuk berdagang di Amboina dinamakan jungku atau orambi





a)      bercocok tanam
Umumnya tanaman yang mereka tanam adalah kentang, kopi, tembakau, cengkih, dan buah-buahan. Selain itu, orang Ambon juga sudah menanam padi dengan teknik persawahan Jawa.

b)      berkerja dipemeritahan
yang berkerja di ambon dipemerintahan kebanyakan menjadi (guru, PNS)

c)      Wiraswasta
Wiraswasta, biasanya disebut dengan usaha sendiri. Seperti kita ketahui banyak orang Maluku yang memiliki usah dengan cara kerja keras mereka sendiri seperti, menabang pohon sagu, sagu itu tidak mudah di buat. sesuai kayataan dengan cara Menabang pohan sagu dengan kapak besar, terus di potong batang pohon tersebut untuk mendapatkan isi yang ada didalam batang pohan sagu tersebut, setelah itu diolah dengan air bersih dengan cara meramas isi sagu belum lagi bakar sagu sesudah sagu itu matang maka akan itu dibawa kepasar untuk di jual.

A.    AGAMA/IDEALITAS
Agama yang dianut oleh masyarakat Ambon pada umumnya ialah Islam dan Nasrani. Meskipun masyarakat Ambon telah beragama Islam dan Nasrani tetapi sisa-sisa agama yang asli masih mereka anut. Mereka masih percaya akan adanya roh-roh yang harus dihormatidan diberi makanminum, dan tempat tinggal, agar tidak menganggu kehidupan manusia.
Acara adat yang berhubungan dengan religi ialah :

-          Masuk Baileu ( Rumah Adat masyarakat Ambon ),
Untuk masuk baileu orang harus melakukan upacara lebih dahulu yaitu minta izin pada roh-roh yang ada di baileu. Dalam upacara ini, mauweng mengorbankan seekor sapi.

a)      kepercayaan
Para masyarakat suku Ambon percaya bahwa dengan melakukan ritual adat maka akan menumbuhkan keharmonisasian dan integrasi sosial yang sangat kuat. Dalam konteks hubungan Islam dan Kristen, nuansa interaksi sosial tersebut lebih didasarkan bukan pada pertimbangan kultural dan hubungan kekeluargaan. Potensi kultural ini merupakan modal pembangunan yang paling berharga untuk dikembangkan.
b)      Agama Mayoritas/Minoritas
Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam. Hal ini dikarenakan pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan kekristenan dan pengaruh kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di wilayah Maluku.
Pemantapan kerukunan hidup beragama dan antar umat beragama masih mengalami gangguan khususnya selama pertikaian sosial di daerah ini. Redefinisi dalam rangka reposisi agama sebagai landasan dan kekuatan moral, spiritual serta etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh melalui pendidikan agama agar dapat mendorong munculnya kesadaran masyarakat bahwa perbedaan suku, agama ras dan golongan, pada hakekatnya merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Terkait dengan itu, maka peran para pemuka agama dan institusi-institusi keagamaan dalam mendukung terciptanya keserasian dan keselarasan hidup berdasarkan saling menghormati diantara sesama dan antar sesama umat beragama.
c)      Upacara Keagamaan
·         ”Antar Sontong”
Antar sontong yaitu para nelayan berkumpul menggunakan perahu dan lentera untuk mengundang cummi-cumi dari dasar laut mengikuti cahaya lentera mereka menuju pantai di mana masyarakat sudah menunggu mereka untuk menciduk mereka dari laut.
·         ”Pukul Manyapu”
Pukul manyapu adalah acara adat tahunan yang dilakukan di Desa Mamala-Morela yang biasanya dilakukan pada hari ke 7 setelah Hari Raya Idul Fitri.
B.     CIRI KHAS
a)      Bahasa

Bahasa Ambon
Bahasa Ambon Hari-Hari
Dituturkan di
Wilayah
Jumlah penutur
Penutur asli: 2 juta jiwa
total antara 2-2,5 juta jiwa  (tidak ada tanggal)
lawngreen
·         Melayu-Polinesia
§  Melayu Utara dan Timur
§  Malayik
§  Bahasa Perdagangan
§  Bahasa Indonesia Timur
§  Bahasa Ambon
Status resmi
Bahasa resmi
Kode-kode bahasa
Abs


Bahasa Ambon adalah Bahasa yang tergolong sebagai rumpun atau dialek dari bahasa Melayu standar yang dipertuturkan di wilayahProvinsi Maluku yang mencakup Kota AmbonPulau AmbonPulau-Pulau Lease yaitu SaparuaHaruku dan Nusalaut, serta Pulau BuanoPulau ManipaPulau KelangPulau Seram serta dipakai pula sebagai bahasa perdagangan atau trade language di KeiBanda,Kepulauan WatubelaPulau BuruMaluku Tenggara sampai ke Maluku Barat Daya
SEJARAH
Bahasa Melayu berasal dari Indonesia bagian barat (dulu disebut Nusantara bagian barat) dan telah berabad-abad menjadi bahasa antarsuku di seluruh kepulauan nusantara. Sebelum bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (Tahun 1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan.
Bahasa Melayu Ambon berbeda dari bahasa Melayu Ternate karena pada zaman dahulu suku-suku di Ambon dan yang tentunya memengaruhi perkembangan bahasa Melayu Ambon sangat berbeda dari suku-suku yang ada di Ternate. Misalnya bahasa Melayu Ambon mendapat banyak pengaruh dari bahasa Melayu Makassar. Kemudian pada abad ke-16, Portugis menjajah Maluku sehingga cukup banyak kosa-kata bahasa Portugis masuk ke dalam bahasa Melayu Ambon. Terakhir bangsa Belanda masuk ke Maluku, sehingga ada cukup banyak, kata serapan dari bahasa Belanda yang diterima menjadi kosakata dalam bahasa Melayu Ambon. Pada zaman Belanda inilah, bahasa Melayu Ambon dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah, di gereja-gereja, dan juga dalam terjemahan beberapa kitab dari Alkitab. (Yang sudah terbit: Rut, Yunus, Lukas[1], Kisah Para Rasul (Yesus Pung Utusang-utusang Pung Carita), 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, dan Pilemon.)
Setelah bahasa Indonesia baku mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Maluku, maka ia mulai memengaruhi bahasa Melayu Ambon sehingga sejumlah kata diserap dari bahasa Indonesia baku ke dalam bahasa Melayu setempat, tentu saja disesuaikan dengan logat setempat. Pada awalnya misionaris Belanda menerjemahkan injil dalam Bahasa Melayu dan dibawa ke Ambon. Disini para penduduk yang bisa menghafal injil itu kemudian dibaptis, dan terus dibimbing dalam bahasa Melayu. Bahasa ini dibawa kemungkinan dari Malaka, karena pada masa itu sudah ada kegiatan dagang antara Malaka dan Maluku. Pada awalnya, bahasa Melayu ini hanya dalam bentuk pasaran yang kemudian menjadi bahasa tutur anak-anak generasi selanjutnya. Menjadi bahasa ibu bagi masyarakat Kristen Ambon dan sebagian kecil Muslim Ambon. Sedangkan kebanyakan masyarakat Muslim Ambon masih mempunyai bahasa daerah sendiri yang disebut bahasa tanah.






Struktur Bahasa Melayu Ambon ini juga agak berbeda dengan Melayu pada umumnya, namun lazim di Indonesia Timur. Struktur bahasanya sangat mirip dengan bahasa-bahasa di Eropa.. Seperti ini (kepemilikan):
-          Beta pung buku = Buku saya = My book
-          Susi pung kaka = Kakak susi = Susi's brother/sister
-          Ahmad ada pi ka Tulehu = Ahmad sedang pergi ke Tulehu
-          Ada orang dapa bunuh di kusu-kusu = ada orang dibunuh di Alang-alang
-          Katong jaga tinggal disini sa = kami tetap tinggal disini saja
Kemudian lafal juga mengalami nasalisasi terutama pada akhiran 'n', diperkirakan nasalisasi pada bahasa Ambon adalah akibat pengaruhJepang. Seperti berikut : makang (makan), badiang (berdiam), ikang (ikan), lawang (lawan), Bangong (Bangun) dst
Untuk kata ganti orang adalah sebagai berikut : Beta (saya), ose (kamu) (dibeberapa daerah dikatakan 'os', atau 'se') - asal dari kata 'voce' Portugis kata ose ini dianggap sebagai kata yang kasar, ale (kamu) dianggap lebih baik dari kata ose, dia (do), katong (kependekan dari kita orang/ kita), dorang (kependekan dari dia orang / mereka), kamong atau kamorang (kamu orang/ kalian).
Ungkapan khas lainnya adalah: Ao e!, Mamae!, Sio Mama!, Tuang Ala!, Tuang Ana!, Ai!, Gaga Batul!, Manisse! dsbnya.
Panggilan sosial :
-          Babang/ abang (kakak laki-laki : dipakai kalangan Salam)
-          Caca (kakak perempuan: Muslim)
-          Usy (kakak perempuan Kristen)
-          Broer/ bung/ bu (kakak laki-laki dipakai kalangan Sarani)
-          Nona (gadis)
-          Nyong (pria muda)
-          Bapa Raja (kepala desa,ketua adat)
o   Kamus Bahasa Melayu Ambon 
-           Beberapa contoh Kata serapan Melayu Ambon dari Eropa antara lain:
-          Capeu (topi) : Chapéu (Portugal)dibaca kapeu
-          Bandera (bendera): Bandeira (Portugal)
-          Rim (ikat pinggang) : Riem (Belanda)
-          Fork (garpu) : Vork (Belanda)dibaca fok
-          Lenso (sapu tangan) : Lenço (Portugal)
-          Mestiza (selendang leher) : Mestiza (Portugal)dibaca mestisa
-          Blus (kemeja wanita) : Blusa (Portugal)
-          Baileo (bangunan) : Bailéu (Portugal)
-          Ose/Os (kamu) : Voce/Os (Portugal)
-          Om (paman) : Om (Belanda)
-          Pai (ayah) : Pai (Portugal)
-          Mai (ibu) : Mai (Portugal)
-          Fader (ayah) : Vader (Belanda)
-          Muder (ibu) : Moeder (Belanda)
-          Tanta (bibi) : Tante (Belanda)
-          Mar (tetapi) : Maar (Belanda)
-          Galojo (rakus) : Guloso (Portugal)
-          Garser (tumbuh) : Crescer (Portugal)
-          Of (atau) : Of (Belanda)
-          Dol (gila) : Dol (Belanda)
-          Sterk (kuat) : Sterk (Belanda)
-          Trap (anak tangga) : Trap (Belanda)
-          Swak (lemah) : Zwak (Belanda)
-          Almanak (kalender) : Alamanaak (Belanda)
-          Kadera (kursi) : Cadeira (Portugal)
-          Kapitan (kapten/panglima perang) : Kapitein (Belanda)/ Capitao (Portugal)
-          Marinyo (penyuluh) : Meirinho (Portugal)
-          Patatas (kentang) : Batatas (Portugal)
-          Danke (terimakasih) : Dank je (Belanda)dibaca dangke
-          Kasbi (singkong) : Cassave (Belanda)/Cassava (Portugal)
-          Testa (dahi) : Testa (Portugal)
-          Oto (mobil) : Auto (Belanda)
-          Pardidu (menghilang/berjalan tak tentu arah) : Perdido (Portugal)
-          Sono (tidur) : Sono (Portugal)
-          Vor (untuk) : Voor (Belanda)
-          Par (untuk) : Para (Portugal)
-          Marsegu (kelelawar) : Morcego (Portugal)
-          Kakarlak (kecoa) : Kakkerlak (Belanda)
-          Strat (jalan raya) : Straat (Belanda)
-          Standplaats (posisi berdiri/halte) : Standplaats (Belanda)
-          Sinyo (tuan) : Senhor (Portugal)
-          Klaar (selesai) : Klaar (Belanda)
-          Onosel (bodoh) : Onnozel (Belanda)
-          Flauw (lemah) : Flauw (Belanda)
-          Fangen (tangkap) : Vangen (Belanda)
-          Lopas (lari) : Loop (Belanda)
-          Gargantang (tenggorokan) : Garganta (Portugal)
-          Kintal (pekarangan) : Quintal (Portugal)
-          Konyadu (ipar) : Cunhado (Portugal)
b)      Kesenian
Bambu gila


 
 
Bambu Gila, Permainan Tradisional Masyarakat Ambon. Masyarakat Maluku mengenal suatu kesenian tradisi unik yang erat hubungannya dengan nuansa mistis bernama bambu gila. Permainan bambu gila yang memiliki nama asli Baramasewel konon sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam dan Kristen di tanah Maluku. Cara memainkan bambu gila sangat sederhana, para pemain hanya memeluk dan menahan laju bambu yang bergerak melonjak sesuai kemauan sang pawang.

Sebelum permainan bambu gila dimulai, sang pawang bertugas membakar kemenyan yang dibawanya menggunakan wadah dari tempurung kelapa. Asap dari pembakaran menyan kemudian “dimasukkan” ke dalam bilah bambu. Proses ini menjadi penting dalam permainan tradisional bambu gila, karena proses ini merupakan upaya untuk mengundang sesuatu yang gaib untuk masuk dan menggerakan bambu.

Ketika pawang sudah berhasil memasukan sesuatu yang gaib ke dalam bilah bambu, maka bambu dengan sendirinya akan bergerak. Para pemain harus memeluk dan menahan laju bambu di bawah kuasa sang pawang. Sepanjang permainan, sang pawang terus mengendalikan bambu dengan meneriakan mantra-mantra, “hei baramasuwel!” Bambu tersebut tidak akan berhenti bergerak sampai sang pawang memerintahkannya untuk berhenti.
·         Tari Parang
                   

                      
                                                                         Tarian ini sering digunakan masyarakat pada acara adat tertentu, termasuk menyambut kehadiran tamu-tamu asing dan pejabat daerah yang melakukan kunjungan resmi, Para pendukung tari terdiri dari 15 orang pria dan wanita dipimpin seorang kapitan (panglima perang) menggunakan tombak, parang dan salawaku (perisai) menari-nari sambil diiringi tabuhan tifa dan totobuang.
Tarian ini memiliki filosofi peperangan, maka dari itu warna pakaian yang dipilih bagi penari pria adalah merah yang berarti berani dan bersemangat. Merah juga melambangkan jiwa patriotisme, serta heroisme kepada tanah maluku. Aksesoris berupa pedang dan tameng juga semakin melengkapi kesan heroik tersebut. Dan juga ada teriakan-teriakan dari para penari, yang arti teriakannya adalah sebagai simbol protes terhadap pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada masyarakat.





c)      Makanan

·         Makanan  Khas Ambon (Maluku)
Saya akan membahas tentang keteragaman dan makanan khas propinsi maluku makanan khas propinsi maluku  seperti : papeda, sagu, ikan asar, asida. Dan tidak pakai basa basi lagi ,mari kita bahas lebih terperinci tentang makan yang terkenal di maluku ini:
a)      Papeda
Papeda adalah makanan khas maluku yang terbuat dari tepung sagu, papeda biasanya di santap dengan kuah kuning yang biasa tebuat dari ikan mubara. Dan dewasa ini, makanan khas masyarakat maluku, sudah banyak terdapat restoran di pelosok maluku.
                    

a)      Sagu
Sagu adalah tepung yang didapat dari teras batang pohon sagu yang bisa disebut rumbia . Sagu ada yang di buat dalam berbagai macam bentuk seperti sagu yang berbentuk lempengan ini. Sagu mempunyai nilai gizi yatu kaya akan karbohidrat. jika ingin membeli makanan khas maluku ini .?? Anda dapat berkunjung ke pasar tradisional di kota ambon!
                                 


a)      Ikan Asar
Ikan asar,makanan oleh-oleh ambon yang terbuat dari ikan segar....... Ikan asar, kurang lengkap jika tidak di makan bersamaan dengan nasi dan colo-colo!! Jika anda berkunjung ke kota ambon ,,jangan lupa singgah di galala untuk membeli ikan asar.


a)      Asida

Asida terbuat dari tepung terigu,gula     merah, mentega dan bubuk kayu manis yang dicampur dengan sedikit kapulaga. Asida biasanya di hidangkan pada saat acara tertentu saja. Tetapi sekarang,jika anda mau membelinya langsung dengan mudah anda bisa langsung pergi ke batu merah kota ambon. !

c)      Bentuk Rumah
·         Rumah Baileo
   
Baileo itu sebutan atau nama dari rumah adat orang Maluku, dengan bentuk bangunan yang besar, material bangunan sebagian besar berbahan dasar kayu, kokoh dengan cukup banyak ornamen, ukiran yang menghiasi seluruh bagian dari rumah tersebut. Baileo merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan warga (balai bersama), selain sebagai tempat pertemuan / kegiatan Baileo juga berfungsi untuk menyimpan benda-benda suci, senjata atau pusaka peninggalan dari nenek moyang warga kampung tersebut.
                     
                         



PENUTUP
Kepulauan Maluku didominasi oleh suku Ambon yang memiliki berbagai macam kebudayaan yang merupakan kekayaan dari daerahnya. Berbagi macam kebudayaan ini merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa  manusia yang perlu dijaga kelestarianya.
Dari berbagi macam kebudayaan yang ada pada setiap suku berbeda-beda, hal ini terkait adanya perbedaan secara demografi astronomi, serta sumber daya manusia yang menenpati daerah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar